Quote:

Apa yang sudah ada di tangan, jangan sampai dilepas. Tekuni saja, pasti berhasil. - Gudeg Yu Djum -

Minggu, 29 Mei 2011

Membuat Judul (Oleh Nona Dika Fatwa)

From: http://forumborneo.com/jurus-membuat-judul-pada-cerpen/

JUDUL CERPEN, BAGAIMANA  MEMBUATNYA?
(oleh: Kakanda AS*))

JUDUL adalah nama yang diberikan kepada sebuah karya tulis, sehingga orang bisa membedakan tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Judul dibuat di halaman atau wajah paling depan, dengan tulisan yang lebih besar pada posisi yang mudah dibaca. Maka tepatlah membuat judul itu tak ubahnya sebagai usaha membuat wajah seorang bias tampil lebih cantik, lebih menarik sehingga mendorong orang yang melihatnya untuk lebih mengenalnya!

Banyak karya  tulisan  yang sebenarnya isinya sudah bagus, tetapi sayang pemberian judulnya asal jalan saja. Hal ini disebabkan karena penulis mencari mudahnya. Atau penulis pemula memang belum memahami pembuatan sebuah judul tulisan yang baik.

Artikel ini membicarakan bagaimana membuat judul untuk karya tulis khususnya tulisan fiksi (cerpen, novelette, novel), namun juga untuk karya tulis yang lain semacam artikel, berita dll. Yang jelas tidak termasuk pembuatan karya tulis yang bersifat  ilmiah (paper, makalah, thesis, skripsi dan sejenisnya).

Karya tulis dengan isi yang menarik , alur cerita yang bagus,  topik dan  gaya bahasa yang indah. Tetapi karena judulnya tidak menarik, banyak pembaca yang melewati demikian saja karya tulis itu. Sebaliknya karena adanya judul yang menarik mendorong orang segera membaca tulisan itu, sekalipun kemudian pembaca jadi kecewa sehabis selesai membaca karena ternyata tulisan tersebut jauh dari yang diharapkan, membosankan, tidak logis,  membingungkan dlsb. Tetapi toh orang sudah terlanjur membacanya!

Demikianlah betapa besarnya pengaruh sebuah judul tulisan yang mampu merampas perhatian sehingga memberikan dorongan yang kuat kepada setiap orang untuk segera membacanya. Bagaimana cara membuat judul yang baik?


Dalam artikel ini dipaparkan secara sederhana bagaimana cara membuat judul yang baik.
Judul yang baik hendaknya dalam judul itu memuat hal-hal sebagai berikut:
Mengandung unsur 3-M  (Menarik, Menantang, Menyambung)
Bersifat A-B-C (Actual, Brief, Clear )

Untuk lebih mudah memahami uraian pembuatan judul lebih lanjut, disarankan pembaca hendaknya juga menyempatkan membaca dua cerpen yang berjudul “DUSTA” dan  “Anakku, Ya Kangmasku”.
Karena dalam pembahasan membuat judul yang baik dalam artikel ini penulis banyak menyinggung kedua cerpen tersebut sebagai contoh.

I. SYARAT  MEMBUAT  JUDUL  YANG  BAIK

Seperti diatas sudah di sebutkan bahwa judul yang baik , hendaknya mengandung  hal-hal:
A. Mengandung unsur 3-M
B.  bersifat A-B-C.
A. Unsur 3-M (M-1: menarik, M-2: menantang, M-3: menyambung)
B. Sifat A-B-C ( actual, brief, clear)

Unsur 3-M dan A-B-C memiliki keterkaitan satu sama lain, maka tidak bisa dipisah secara sendiri-sendiri. Sekalipun tidak setiap cerpen bisa dibuat judul yang memuat semua unsur tersebut di atas yaitu unsur 3-M dan A-B-C tetapi setidak-tidaknya penulis cerpen di dalam membuat judul cerpennya mengupayakan  sebanyak-banyak 3-M dan A-B-C. masuk ke dalamnya.
Membuat  judul  cerpen itu menyangkut rasa-bahasa (sense of language), maka batasan 3-M dan A-B-C tidak berlaku mutlak. Yang paling penting ialah judul tadi mampu merebut perhatian pembaca dan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia.

A.Unsur 3-M.  (M-1: menarik, M-2: menantang, M-3: menyambung)

M-1= menarik perhatian.
Maksudnya para pembaca dengan melihat judulnya saja sudah tertarik perhatiannya dan ingin segera membaca cerpen itu. Oleh karena itu pelu dipilih kata-kata atau kalimat yang menarik, indah, puitis, provokatif, hiperbolis dan bombastis. Misalnya dalam dunia periklanan masa kini sudah  banyak menggunakan kata-kata semacam itu.
Memang ada beberapa orang yang kurang setuju judul dengan enggunakan kalimat yang bersifat puitis, profokatif, hiperbolis dan bombastis untuk karya tulisan sastera. Yang penting ialah isi tulisan/cerpen itu yang berbobot. Namun mereka lupa bagaimana pembaca tahu itu adalah karya sastera yang berbobot kalau pembaca enggan membaca cerpen itu karena judulnya yang membosankan? Kami sendiri berpendapat judul karya tulis sastera itu baik saja menggunakan kalimat-kalimat yang puitis, provokatif, hiperbolis dan bombastis sepanjang tetap menjaga kesopanan dan tidak mengandung SARA. Sebaliknya judul karya tulis ilmiah harus menghindari kalimat-kalimat tersebut!   Judul semacam “JUDUL CERPEN, BAGAIMANA MEMBUATNYA?” Ini adalah contoh judul gaya tulisan/makalah ilmiah. Memang pembuatan judul karya ilmiah ada ketentuannya sendiri, tetapi tujuannya sama yaitu mengharapkan orang tertarik dan segera membaca karya tulis itu.
Kalimat atau kata-kata yang puitis tentu tidak hanya satu kata saja. Olehkarena itu cerpen karya Adinda AS yang berjudul DUSTA dan pernah dimuat disebuah majalah itu termasuk judul yang kurang baik! Andaikan penulis tetap mempertahankan kosakata “dusta” itu tetap masuk, maka judul bisa dibuat lebih menggairahkan misalnya:
“Dustaku karena cintaku” atau:
“Kalau tidak dusta aku pasti mati!” (ini gaya bombastis, hiperbolis! )
Contoh lain: judul cerpen: “Tangis sedih” Lebih menarik bila dibuat: “Tangisnya ibarat hujan Januari ”

M-2= menantang.
Arti kata menantang disini ialah menantang kepada pembaca untuk cepat cepat membaca karya tulis itu. Pemilihan kata-kata judul di sini mirip dengan gaya bombastis dan hiperbolis.
Contohnya adalah cerpen karya Adinda AS. Yang juga pernah dimuat di sebuah majalah berjudul “Anakku, Ya Kangmasku”. Judul ini sudah memenuhi unsur N-1 (menarik perhatian) tetapi belum mengandung unsur tantangannya. Bisa dibuat misalnya:
“Duda dan Janda….?”
Judul ini sudah mengandung unsur menantang. Sekalipun judul diatas sepintas lalu tidak mengenakkan  pembaca-pembaca yang  berposisi sama, namun setelah mereka membaca tentu bisa memahaminya.

M-3= menyambung.
Menyambung di sini dimaksudkan ada hubungannya dengan judul dan isi cerita. Di sini antara judul dan isi cerita harus ada kaitannya tidak hanya sekedar kata atau ungkapan, juga hubungan maknanya.  Lebih bagus dalam isi cerita (teks)  juga menyentuh kata/kalimat yang digunakan dalam judul juga sekalian maknanya.
Sekalipun isi cerita sudah bagus, judul juga sudah dibuat bagus mengandung M-1 dan M-2 , tetapi tidak ada hubungannya judul dengan isi cerita; tidak menyambung antara judul dan isi cerita. Pembaca setelah selesai membaca cerpen tersebut akan bertanya dalam hatinya: “Ini maksudnya apa??” Alias…… pembaca kecewa!! Unsur M-3= menyambung ini rupa-rupanya salah satu unsur yang paling penting, unsur yang mutlak. Sekalipun unsur 3-N dan A-B-C tidak lengkap tetapi  jangan sampai meninggalkan unsur M-3 ini! Apabila ada cerpen yang judulnya saja hanya satu kata dan  jalan ceritanya juga sulit dicerna penalarannya tentu karya tulis macam ini sangat tidak diharapkan pembaca.
Untuk menambah surprise dibagian ending, banyak pembaca yang menghendaki dengan adanya judul yang tidak bisa untuk menebak ending atau akhir cerita.
Contoh cerpen “Anakku, ya Kangmasku”
Dengan judul ini memang pembaca sulit untuk menebak ending cerita. Andaikan judulnya diganti “Ibuku, adikku!!” (Ini juga sudah memenuhi M-1, M-2 dan M-3), tetapi sampai tengah cerita pembaca sudah bisa meraba atau menebak ending ceritanya! Para pembaca akan memaklumi penjelasan uraian mengenai judul ini apabila Anda juga membaca kedua cerpen “Dusta” dan “Anakku ya kangmasku”yang sudah berkali-kali disebutkan dalam artikel ini.

B. Sifat A-B-C ( actual, brief, clear)

A= actual= hangat
Ini masih ada kaitannya dengan unsur M-1 menarik perhatian. Hanya sifat ‘hangat’ disini sehubungan dengan peristiwa-peristiwa  yang sedang hangat dan nyata dihadapi masyarakat banyak. Di sini jangan menggunakan kata-kata atau istilah yang kurang akrab bagi telinga masyarakat . Sifat actual/hangat ini misalnya: “Oh, donyaku mau kiamat?”; “Terroris, siapa dia?”  “Aku cicak, kamu buaya!”; “Bencana Alam, oh, bencana…….”

B= brief= ringkas
Judul harus bersifat ringkas, pendek. Jangan enggunakan kalimat-kalimat panjang apalagi kalimat majemuk yang mesti lebih panjang. Dalam unsur M-1 sudah di sampaikan bahwa judul yang hanya terdiri  satu kata seperti cerpen “Dusta” itu tidak memenuhi syarat. Karena belum ada unsur menarik perhatian bagi calon pembaca. Namun demikian judul yang terlalu panjang juga tidak bagus sekalipun sudah mengandung kata-kata yang puitis. Contoh judul panjang:
“Hati bingung, di dada menggaung ratapan tak berujung, dalam jiwa gelisah dan kaki tak lagi mampu melangkah dengan batin yang selalu menanggung sedih dan gelegak sukma yang mendidih…., serta………”
Memang puitis dan lebih dari panjang. Para pembaca membaca judul semacam ini tentu akan menggerundel, dan berseru ”……Dooor……..! Apa ini?!” sangat tidak berkenan dan enggan membaca isi ceritanya yang mesti diduga lebih bertele-tele lagi’
Lebih menarik perhatian misalnya dibikin pendek:
“Hati bingung………Linglung!!” Maknanya sama!
Disamping itu, judul yang terlampau panjang merepotkan illustrator majalah, karena penulisan judul terbatas ruangannya di sebuah majalah atau media cetak yang lain. Andaikan ada naskah cerpen yang isinya bagus, exclusive, tetapi judulnya terlalu panjang atau malah hanya satu patah kata yang jauh dari 3-M dan A-B-C, kami punya saran redaktur untuk mengedit judul naskah tersebut! Tentu saja sebelumnya dikonfirmasikan dulu dengan penulisnya. Hal ini menguntungkan dua belah fihak. Majalah bisa menyajikan tulisan-tulisan yang bermutu dan untuk penulis juga menambah kepercayaan para pembaca atas karya sastera penulis itu sendiri. Atau cukup bijak juga kalau penulis mengajukan alternative judul yang berbeda untuk naskah cerita yang sama dan redaktur dipersilakan memilih.

C=Clear=terang
Kata-kata yang dipakai untuk judul dipilih kata/kosakata yang terang, jelas dan sudah sering digunakan. Tidak menyebabkan untuk memahami maksud judul saja pembaca ragu-ragu, harus membuka kamus macam-macam. Jangan gunakan kata-kata atau istilah yang jarang dipakai yang berarti banyak orang yang tidak mengetahui dengan tepat arti kata itu. Dalam judul penulis jangan memaksakan masukkan kata-kata yang maksudnya untuk diketengahkan. Apabila penulis ingin mengorbitkan kosakata baru atau lama yang jarang digunakan sekalipun memiliki intonasi yang bagus, hendaknya jangan dipasang di dalam judul tetapi nanti diungkapkan dan dibahas dalam isi cerita. Contoh:
“Gita membuai, di dirgantara yang  renyai.”
Kalimatnya kedengarannya cukup indah. Tetapi mungkin banyak yang tidak tahu persis artinya. Karena judul tersebut menggunakan kosa kata  bahasa Kawi (gita=lagu, dirgantara=angkasa) sekalipun sudah diadopsi dan sering digunakan dalam bahasa Indonesia tetapi mungkin masih banyak yang belum mengetahui artinya. Juga ada kosakata Indonesia yang jarang digunakan (renyai=hujan rintik-rintik). Jadi yang paling aman untuk judul cerpen pilih kata-kata yang sudah banyak dipahami masyarakat luas, istilah-istilah yang sudah memasyarakat! Kalau toh penulis ingin mengangkat kosakata lama yang sudah dibakukan dalam Bahasa Indonesia, namun belum banyak diketahui artinya oleh masyarakat luas hendaknya jangan digunakan sebagai judul.
Sebenarnya untuk lebih mudah tulisan kita difahami banyak pembaca, pemilihan kosakata yang jelas dan sudah memasyarakat tidak terbatas untuk judul saja tetapi juga kaitannya dengan isi cerita. Untuk tujuan maksud-maksud mengekspose kosakata tertentu, lakukan di dalam teks cerita, berikan penjelasan dan latar belakang yang cukup.  Isi cerita (alur cerita) gampang dicerna nalar, tidak seperti teka-teki silang. Sekalipun Anda menulis dengan thema misteri atau detektif, judul cerita tetap dibuat yang terang, jelas. Jangan dibuat penuh rahasia sperti isi ceritanya.
Kesimpulannya: judul harus menggunakan kata-kata atau kalimat yang terang. Artinya  dalam judul pembuatan judul jangan gunakan kata-kata yang belum memasyarakat.
Sekali lagi penulis mengingatkan, sekalipun sudah banyak unsur 3-M dan A-B-C sudah masuk dalam judul anda tetapi Anda lupa memasukkan unsur MENYAMBUNG,  maka karya tulis anda bisa disebut gagal!!

II.  LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT JUDUL
Ada empat langkah dalam pembuatan judul:
Langkah pertama:
Jangan membuat judul tetap, tetapi buatlah judul yang sifatnya hanya untuk sementara. Judul dalam satu kalimat atau beberapa kata. (Jangan hanya satu kata). Atau setidak-tidaknya thema  atau  topik  dalam kalimat pendek. ‘Judul sementara’ sebagai  pijakan    dan untuk arah di dalam kita nerangkai jalan cerita sehingga tidak terlalu jauh menyimpang dari thema cerita.
Langkah kedua:
Menulis isi cerita, seiring dengan tumbuhnya ilham.   Apabila penulisannya sudah dipandang cukup, bacalah sekali dua kali sambil membayangkan yang ditulis itu seakan-akan kisah sejati atau kisah nyata. Pada saat membaca ulang hasil tulisan itu mungkin timbul ilham untuk memunculkan konflik-konflik baru olahlah dengan baik, atau untuk mempertajam konflik yang telah ada yang semuanya untuk menambah bobot hasil akhir karya tulis kita.
Langkah ketiga:
Mengulang langkah pertama, menuntaskan ‘judul sementara’ dalam langkah pertama. Bisa hanya mengedit atau membesut secukupnya, atau mungkin bisa merubah total, dengan memasukkan  sejauh mungkin unsur 3-M dan A-B-C sebisanya. Dengan langkah ini ‘judul jadi’ atau ‘judul tetap’ sudah terwujud.  Buatlah judul jadi tidak hanya satu buah saja, buatlah tiga empat judul jadi. Setiap membuat judul jadi harus unsur M-3 “menyambung” jangan sampai terlupakan. Juga masukkan kalimat judul, rangkaikan dalam alinea alur cerita  sehingga benar-benar adanya formasi yang kompak antara judul dan isi.
Langkah keempat:
Alangkah bagusnya apabila Anda memiliki teman-teman penggemar bacaan karya sastera. Minta bantuan kepadanya sebagai respondent anda. Dipersilakan respondent membaca karya sastera anda dengan variasi alternatif  judul yang sudah disiapkan untuk cerita yang sama.
Pilihan judul yang paling banyak dari respondent atas alternatif judul yang anda ajukan adalah gambaran “selera pasar” atas cerpen anda dengan judul tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar