Quote:

Apa yang sudah ada di tangan, jangan sampai dilepas. Tekuni saja, pasti berhasil. - Gudeg Yu Djum -

Kamis, 16 Juni 2011

Mengapa Kita Menulis? (Oleh Nona Lilin Kecil)

Halooo semua….

Semoga menu yang Lin sajiin kali ini belum pernah disajikan sebelumnya hya ama warga laennya (kayana sih emang belum). Sip, 2nd opening Kedai Lilin Kecil, cekidot ;)

Kenapa Kita Menulis?

Pertanyaan ini merupakan kunci motivasi seorang penulis. Untuk apakah kita menulis? Mari kita simak jawabannya melalui sebuah kisah nyata di bawah ini.

Usianya masih sangat muda, 13 tahun. Kala itu bulan Juni 1942, pertama kalinya ia menulis dalam buku diarinya. Beberapa bulan kemudian, bersama orangtuanya, ia bersembunyi di sebuah loteng gelap karena sedang diburu oleh rasisme Nazi yang sedang ganas-ganasnya. Seringkali ia mendengar suara deru pesawat tempur dan rentetan senjata api yang mengawang di atas Secret Annex itu.
Untuk mengisi hari-hari panjangnya di tempat persembunyian tersebut dan untuk mengatasi rasa takutnya, ia mencurahkan segala perasaannya dalam sebuah buku diari, catatan harian, yang dikemudian hari mengatarkannya menjadi seorang ‘pengisah sejati’ yang terkenal di seluruh dunia. Gadis itu bernama Anne Frank.
Aku berharap, demikian ia mengawali tulisannya pada diarinya yang diberinya nama Kitty, aku bisa mencurahkan isi hatiku padamu dengan cara yang belum pernah aku lakukan pada siapapun sebelumnya, aku harap kamu dapat memberi rasa nyaman dan juga semangat untukku.

Berbulan-bulan ia tidak melihat matahari dan tidak mengetahui dunia luar. Namun ia terus saja menulis, “…aku suka menulis, banyak hal yang terlampau dan luar biasa dalam hatiku, akan aku tumpahkan lewat tulisan. Kertas memiliki kesabaran yang lebih ketimbang manusia.”

Pada bulan April 1944 ia curhat pada diarinya bahwa ia rindu ingin sekolah lagi, Andai perang tidak juga berakhir bulan September, aku tidak akan kembali ke sekolah… Memang Anne Frank tidak pernah lagi melanjutkan sekolahnya hingga akhir hayatnya.
Karena pada tanggal 4 agustus pagi, delapan orang yang bersembunyi di Secret Annex, termasuk Anne Frank, disergap oleh intelejen bayaran Nazi lalu digiring ke Penjara, lalu ke kamp pembuangan sampai akhirnya dicampakkan ke sebuah kamp mengerikan di dekat Hannover (Jerman) tahun 1945. Bersama dengan impian remaja dan cita-citanya, akhirnya Anne Frank meninggal dunia karena terlalu lelah, sakit dan lapar. Mayatnya dibuang ke sebuah pemakaman umum Bergen-Belsen. Ia mati dalam usia belasan tahun tanpa sempat tahu bahwa beberapa waktu kemudian, setelah perang usai, diari-nya ditemukan oleh petugas berceceran di lantai Secret Annex yang akhirnya menjadi sebuah dokumen sejarah yang dipublikasikan di seluruh dunia.

*kisahnya benar-benar mengharukan hya? :’(

Nah, dari kisah di atas kita dapat memetik pelajaran penting bahwa menulis adalah sebuah cara untuk mendokumentasikan segala pikiran, pengalaman dan imajinasi kita ke dalam bentuk tulisan. Untuk melengkapi jawaban ini, saya masih ingin mengutip penggalan-penggalan bagus dari diari Anne.

“Saat aku menulis, aku dapat meluruhkan seluruh deritaku. Ketakutanku lenyap, gairah hidupku bangkit kembali! ….. aku berharap, semoga bisa, oh, aku sangat berharap, hanya dengan menulis aku dapat merekam segalanya, seluruh pikiran, ide dan fantasiku. Pada awalnya, si Anne tidak berpikir kalau buku diarinya akan dipublikasikan secara luas. Ia menulis untuk dibaca sendiri dan berdasarkan motivasi seperti yang diuraikannya di atas.”

Sebetulnya, dipelajari atau tidak, menulis itu tetap mengiringi hidup kita sehari-hari karena memang sudah menjadi kebutuhan. Baik untuk kepentingan resmi seperti mengerjakan tugas sekolah/kuliah/kantor, maupun untuk keperluan yang lebih bersifat privasi seperti menulis surat cinta, sms atau menulis curahan hati di buku diari.

Sesuai dengan jenis tulisannya, aktifitas menulis memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Menulis laporan penelitian tentu tidak sama dengan menulis novel. Demikian juga dengan menulis artikel yang berbeda dengan menulis cerpen. Oleh karena itu menulis amat penting untuk dipelajari dan dipraktekkan.

“Kalau berbulan-bulan anda pelajari teori ‘berenang’ tanpa pernah menyentuh air, maka percayalah anda tidak akan pernah bisa berenang. Sebaliknya kalau anda dilempar ke dalam kolam renang dua atau tiga kali, besar kemungkinan anda akan otomatis menguasai teknik keseimbangan tubuh yang merupakan kunci utama ilmu renang. Demikian juga dengan ilmu mengarang. Anda harus akrab dengan buku dan alat tulis yang memang dikhususkan untuk mengarang”.

Kegiatan menulis sangat berguna, terutama dalam mendokumentasikan sesuatu, entah kisah hidup kita, kisah ‘special’ yang kita anggap perlu dikenang selamanya hingga peristiwa sejarah. Tradisi lisan mudah hilang dalam ingatan, sebaliknya tulisan akan selalu abadi sepanjang masa (begitu kata orang).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar