Kau selalu merindukan kampung halamanmu
Tapi sejumput asa membuat bertahan dengan badan berpeluh
Hardikkan itu kerap menyapamu
Bahkan tamparan
Saat kau tak sengaja satu atau dua kali salah
Air matamu sontak meronta membasahi pipi yang sembab itu
Kau bingung harus berkata apa dan mengadu kepada siapa
Sebab, orang-orang yang kau cinta tengah jauh di seberang sana
Kali ini kau melakukan sesuatu yang dianggap salah oleh mereka
Pukulan pun bertubi-tubi mendarat ke tubuhmu yang mulai mengurus itu
Tak ada satu orang yang peduli padamu saat ini
Karena orang-orang yang kau cinta tengah sibuk sendiri
Dan pukulan kali ini memang begitu keras
Sehingga air matamu sudah tidak bisa berlinang lagi
Seperti napasmu yang mulai terhenti
Kini kau memang berhasil pulang ke kampung halamanmu
Namun pulang dengan tatapanmu yang telah beku
Jakarta, 17 Juni 2011
*Puisi ini, saya buat untuk mengenang Para TKI yang menjadi korban penganiyayaan dan pulang dengan keadaan yang tak bernyawa lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar